Thursday 9 January 2014

Keindahan Pantai Di Nanggroe Aceh Darussalam

  • Sebagai salah satu Provinsi di Indonesia yang ikut menggalakkan program Pemerintah “Visit Indonesia Year 2008″, pemerintah Aceh terus berupaya membenahi berbagai objek wisata terutama di lima kabupaten/kota yang menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) andalan, yakni Kota Banda Aceh, Sabang, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh Tenggara, dan Aceh Singkil. Sebagai salah satu Provinsi yang maju, Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) menargetkan kedatangan sekitar 12 ribu wisatawan mancanegara per tahun untuk menikmati berbagai objek wisata di daerah tersebut.
  • Target Pemerintah tersebut bisa tercapai jika semua pihak memberi dukungan mengembalikan kemajuan sektor pariwisata Aceh. Objek wisata potensial belum menjamin menarik minat wisatawan jika tidak didukung ketersediaan infrastruktur pendukung utama seperti transportasi, termasuk jalan menuju kawasan wisata. Pemerintah Aceh sangat berharap adanya penerbangan langsung antar negara, misalnya Aceh-Malaysia dan Thailand, seperti yang pernah digagas dalam program pertumbuhan segitiga yakni Indonesia, Malaysia – Thailand.
  • Salah satu kendala yang belum memadai yaitu masalah anggaran, karena hal tersebut berpengaruh sekali terhadap kemajuan sektor pariwisata yang ada di provinsi paling barat Indonesia ini Nangroe Aceh Darussalam. Selain keindahan alam, potensi budaya dan keunikan lainnya bisa dijadikan sebagai salah satu daya tarik bagi para wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara untuk mengunjungi Aceh.
  • Upaya lain yang sedang dilakukan Pemerintah Aceh untuk menarik minat kunjungan wisatawan, yakni pengumpulan kembali naskah kuno, memperbanyak kegiatan budaya serta promosi. Khusus untuk Kota Banda Aceh, sektor yang menjadi andalan adalah sejarah, budaya, dan tsunami. Sementara untuk Kota Sabang, potensi bahari masih menjadi andalan menggaet arus kunjungan wisman.

Obyek Wisata

Aceh terkenal dengan keindahan pantai-pantainya, maka ketika ada kesempatan untuk berkunjung ke Ibu Kota Provinsi Aceh, Banda Aceh, jangan pernah melewatkan keelokan pantai-pantainya yang berserak tak jauh mengelilingi Banda Aceh. Yang paling sering dikunjungi oleh wisatawan lokal adalah pantai Lhok Nga dan Ujung Batee, keduanya sering menjadi sarana masyarakat Aceh untuk “mandi”, bahasa populernya untuk berenang dan berendam di pantai.
Pantai Ujung Batee 
Ujung Batee cenderung ramai dikunjungi pada pagi hari, dan ombaknya yang lembut bergulung saling menyusul namun relatif tenang, menjadikannya tempat favorit pilihan para orang tua untuk membawa anak-anaknya berenang di sini. Jaraknya tak jauh dari Kota Banda Aceh, hanya 20 menit bila ditempuh dengan kendaraan pribadi, kendaraan umum pun melewati lokasi pantai ini.
Pasirnya yang landai dan berpasir hitam membuat anak-anak paling asyik membuat istana pasir dan berlama-lama bermain kejar-kejaran ombak. Di beberapa titik pantai Ujung Batee yang memanjang masih bisa terlihat sisa-sisa peninggalan benteng Indra Parta yang sudah terendam air laut.
Ini secara tak langsung menunjukkan bahwa pantai tersebut mengalami abrasi, pengikisan secara perlahan namun pasti. Menikmati matahari pagi sambil bersantai di kerimbunan beberapa pohon pantai yang masih bertahan dari terjangan tsunami dua tahun lalu, terasa menenangkan hati. Anginnya yang semilir makin membuai perasaan yang nyaman memandang birunya langit dan lautan.

Pantai Lhok Nga
Dibandingkan dengan pantai Ujung Batee maupun Pantai Lampuuk, Pantai Lhok Nga merupakan pantai yang paling ter-develop, sarana WC umum dan beberapa kafe sederhana untuk beristirahat banyak ditemui sepanjang pantai ini. Bahkan di pantai ini juga ada life guard dengan tower pengawas, layaknya film Baywatch. Keberadaan tim penyelamat ini diprakarsai oleh sebuah organisasi lokal yang awalnya dimotori oleh pekerja asing yang bekerja di Banda Aceh.
Lhok Nga selalu ramai oleh kunjungan wisatawan lokal maupun asing (kebayakan para pekerja asing yang mewarnai Aceh), termasuk dengan makin banyaknya penikmat surfing. Ombaknya yang tinggi bergulung namun memecah mulus di pantai berpasir kehitaman bercampur warna kerang putih, membuat para peselancar seolah tak bosan mengayuh papannya ke tengah lautan.
Pemandangan elok lainnya adalah saat matahari menjelang tenggelam, sunset di Lhok Nga adalah pemandangan cantik yang sungguh sayang kalau dilewatkan begitu saja. Deburan ombak yang teratur diiringi angin berayun mendayu, merupakan perpaduan romantis. Namun begitu adzan maghrib berkumandang, segera bersiap-siaplah untuk beranjak meninggalkan pantai, bila tak ingin kenangan indah Anda diusik oleh beberapa pemuda lokal yang tak segan-segan mengusir pengunjung pantai untuk segera berlalu dari lokasi ini.

Pantai Lampuuk
Pantai Lampuuk seperti juga ciri khas pantai-pantai di Aceh, terhitung memanjang, dari utara hingga selatan. Dulu, sebelum peristiwa tsunami terjadi, di pantai ini sangat ramai dengan penjaja ikan segar berupa tempat-tempat makan, yang menawarkan untuk memanggang dan memasakan ikan-ikan tersebut agar bisa langsung dinikmati oleh pengunjung pantai. Namun saat ini tidak tampak satupun tempat makan serupa itu lagi. Seakan pergi bersamaannya dengan luruhnya rimbunan pohon cemara di tepian pantai yang bertumbangan akibat gerusan tsunami.

Namun pantai Lampuuk paling ujung masih meninggalkan eksotisme tersendiri yang berbatas dengan dinding terjal tinggi. Birunya air laut nan berpendar hijau, terpadu dengan birunya langit serta hijaunya pepohonan di atas bukit terjal tersebut. Seorang sahabat memandang terjalnya dinding bukit dan menggumamkan keinginan untuk mendakinya. Pastilah itu yang juga dirasakan para penikmat panjang dinding bila mendekati lokasi ini.

Keindahannya memang tersembunyi, letaknya pun sesungguhnya hampir sama dengan hitungan menit menuju Lhok Nga, namun kesunyian yang ditawarkan pantai ini memang menjadi daya tarik yang berbeda. Pasirnya pun pasir putih, pada beberapa sisi pantainya, pasir selembut dan seputih tepung bisa ditemui. Pantai ini paling pas untuk menyepi, terlebih ketika hati sedang gundah, dengan memandang keindahannya, seolah segala duka luruh bersama dengan hembusan angin pantai yang melembut perlahan.

No comments:

Post a Comment